Jumat, 22 Juli 2016

Aku yang 'cukup' Malang

"Dewi Kali, berapa kali hamba harus memohon untuk dibawa ke akhirat...?"

Kemarin, tepatnya hari Kamis, 21 Juli 2016, tanganku bergetar, hatiku bergetar, amarahku di luar kendali. tak ku sangka, helm seharga 200ribu menjadi pemicu emosiku kemarin.

Helm itu ku hilangkan saat aku ditraktir menonton di bioskop. Saat itu aku tidak berencana menonton karena aku tidak punya cukup uang. Aku pergi ke bioskop untuk mengatakan kepada mereka kalau aku akan ke toko buku saja, membaca buku yang segelnya sudah terbuka. Siapa sangka, aku ditraktir menonton. Karena tiada berencana menonto, helm adikku, helm-motor-matic-kekinian kondisi baru seharga sekian itu kuletakkan saja di atas motor. Aku akan kembali sebentar lagi, begitu pikirku. Aku lupa dan terbawa suasana obrolan bersama mereka. Sampai akhirnya selesai menonton, kami makan, lalu pulang. Saat itu lah aku menyadari bahwa helm ku telah ditukar. Sesampai di rumah, aku minta maaf pada adikku, dan belum memberitahu ibuku. Aku memang akan mengatakannya, tapi saat kondisi suasana hatinya sedang baik. Bukankah niatku baik? Aku juga berjanji akan menggantinya untuk adikku.

Seingatku, aku sudah memberitahu ibuku secara tidak langsung ketika temanku menjemputku untuk pergi. Aku ingat betul, ibuku bertanya "kenapa helm nya?" aku jawab "ditukar sama orang, nanti ta' ganti..nanti ta' ceritain.."

Kemarin, pikiranku memang sedang kusut. Aku juga lelah setelah mengajar, memang tidak selelah mereka yang bekerja, tapi aku lelah bukan karena tidak melakukan apa-apa. Kala itu aku sedang menonton tv dari dalam kamrku, lalu ibu datang dengan wajah masamnya langsung menanyakan helm itu. "Kenapa bisa gitu helm nya?" Sebelumnya, dia juga sudah mengirim SMS saat aku mengajar tadi, menayakan helm, dan sudah ku jawab. Mana tau kalau hp nya mati? Aku yakin dia hanya mencari-cari kesalahanku, seperti biasa. Karena, setahuku, setiap pesan yang terkirim artinya pesannya sudah masuk dan hp orang itu sedang menyala (pengalaman ini sudah ku buktikan).

Nah, saat dia menanyakan hal itu lagi, aku merasa tersinggung dan kesal. Dengan nada kesal, ku jawab bahwa sudah ku balas di sms tadi, dan aku juga minta tolong kalau baru datang dari luar, tegtegin bayu dulu (tenangkan diri, duduk), jangan langsung bertanya dengan nada seperti itu. Dan, pertengkaran memanas dari sana. Aku menggerutu bahwa semua dinilainya dari uang. Benar saja. Sadar atau tidak, dia kemarin bilang "gak usah munafik! kita semua perlu uang!". Aku kesal karena dia selalu mengkait-kaitkan hidupku dengan uang. Tapi di ma;ah tersinggung dan bicara dengan nada tinggi alias nengkik (Bahasa Bali) "Hei kamu! Jangan asal ngomong kamu ya?!" Lalu agar masalah selesai, aku samperin dia ke kamar adikku, maksudku agar bisa bicara 4 mata, bukannya darti bilik ke bilik. Dia selalu mengalihkan situasi, agar bisa saja menyalahkan orang lain.

"Tolih to panakmu! (menunjuk ajikku) Nyen ada panak bani nengneng matan nak tua yen ngomong?! misi nelik!! Tolih to hasil didikanmu!!"

"Lihat anakmu! Mana ada seorang anak berani menatap mata orangtua ketika bicara?! Lihat hasil didikanmu!"
Aku tidak terima. Menurutku ibuku sudah sangat keterlaluan. Dimana-mana juga, seorang perempuan, seorang istri harus hormat dengan suami. Sering kali aku melihat ibu campah (berani) sama ajik (bapak). Aku tidak membela ajikku atau siapa pun! Kau tau? Kala itu semua sedang di rumah. Adik-adikku bahkan yang paling kecil menangis, apa dia tidak memikirkan hal itu?? Apa hanya emosinya saja yang dia pikirkan?? Apa hanya demi menyalahkan aku, dia merasa benar melakukan semua itu?? Tidakkah dia berpikir bahwa semua itu bisa menjadikan trauma ataupun dicontoh secara tidak sadar oleh adik-adikku??

Banyak percakapan penuh emosi terjadi antara aku dan ibuku. Ajikku dan adikku berusaha melerai, tapi aku tidak bisa menahan diri atas segala ucapan-ucapannya yang tidak benar. Aku, memang pernah sangat durhaka. Tapi aku sudah menyadari dan tengah, masih, berusaha memperbaikinya dengan bersabar dan mengalah. Ntah setan apa yang memenangkan kondisi rumahku kemarin malam.

Ibuku selalu mengingat hal yang berlawanan denganku, dan dia selalu mengucap sumpah kalau yang diucapkannya itu benar dan dia tidak salah ingat.

Terlalu banyak ucapan-ucapan kemarin yang bahkan membuatku menitikkan air mata saat menulis ini, karena mengingatnya pun membuat dadaku sesak.

Saking tidak tahannya, setelah dilerai kemarin, ibuku tetap berceloteh dengan tanpa urat malu didengar tetangga, sementara aku sudah berusaha mau untuk dilerai dan diam di kamar dengan ajik, walau tangisku belum bisa reda. Telingaku sangat panas mendengar omongan-omongan ibu, sampai akhirnya aku lari ke dapur untuk mengambil pisau dan mau bunuh diri. Apapun yang ku katakan, ibu selalu menjawabnya dengan asal-asalan. Sekali lagi, hanya demi menyalahkanku. Apa lagi alasannya kalau bukan itu? Semuanya berbanding terbalik.

Aku mengakui bahwa aku durhaka, bahkan dia dengan seringnya dulu mengatakan hal itu kpadaku, dan setahuku saat ini, hal itu tidak baik, tidak pandang berapa usia anakmu, kau tidak berhak mengatai hal buruk kepada anakmu. Dia pun sering mengatai adikku, bahkan ajikku, belog (bodoh). Aku sangat tidak suka ketika mendengarnya, tapi aku sudah bertekad untuk mengalah dan tidak membesarkan masalah.

Bahkan kemarin aku juga menjelaskan, bahwa yang kulakukan itu, tidak bercerita soal helm sampai mood ibuku membaik, nitaku baik. Aku memikirkan suasana hatinya, tapi kenapa dia tidak balas memikirkan suasana hatiku?? Kalau boleh jujur, aku sedang ingin menerapkan pola hidup EGP (emang gue pikirin). Aku lelah dibebani ekspektasi tinggi. Aku lelah menjadi anak pertama yang selalu dihantui masa lalu di tiap langkahku yang baru saat ini. Aku lelah dihantui pikiran bahwa aku bukan contoh yang baik bagi adik-adikku, sehingga ketika mereka berbuat keliru aku berpikir dua kali jika ingin menasehati karena aku takut akan dikatai bahwa aku tidak cukup baik untuk member nasihat. Aku ;e;ah disarankan bekerja disini dan disana. Aku lelah dengan ekspektasi punya uang banyak dengan bekerja X atau Y atau Z. Untuk kali ini, aku berusaha menjalani hidup yang serba santai, karena aku mudah stress. Belum juga tercapai, tapi bahkan orangtua ku membenciku, adik-adikku tidak mempercayaiku, buat apa aku hidup?

Kemarin, saat aku berusaha mengambil pisau, aku dihentikan oleh ajik. Lalu ibuku datang dan menghadangku dengan tubuhnya.

"Neh kal kudiang jani, dot megelut ne gelut jani! Kamu juga! (Nunjuk ajikku) Kamu mau adukan masalah ini ke bli mu?? hah?? Nyen benehne ngelah ne keluarga?? Kamu kebiasaan ngandelin nak len!! Sing taen bise tegas jak keluarga pedidi kene be dadine nawang!! Yen kamu sing bise dadi kepala keluarga, neh cang jani ne dadi kepala keluarga!! Yen sing ade ne bisa memutuskan, neh cang jani ne memutuskan!!"

"Nah, mau diapakan sekarang, mau peluk sini peluk! Kamu juga! Kamu mau mengadukan hal ini ke kakakmu?? hah?? Siapa sebenarnya yang punya keluarga ini?? Kamu kebiasaan mengandalkan orang lain!! Tidak pernah bisa tegas dengan keluarga sensiri beginilah jadinya tau!! Kalau kamu tidak bisa menjadi kepala keluarga, biar saya yang jadi kepala keluarga. Kalau tidak ada yang bisa memutuskan, biar saya sekarang yang memutuskan!!"

Aku, yang masih sesenggukan akan tangis, masih bisa menolak segala omongan ibu, tanpa kata-kata. Ibu sudah sangat keterlaluan. Aku berharap itu hanya emosi sesaat. Tapi, setiap ada pertengkaran, dia selalu mengungkit-ungkit masa lalunya yang aku tidak mengerti antara dia dan ajikku. Dia seakan menyimpan dendam yang terus dikeluarkan ketika dia marah. Tidak bisakah ia mengikhlaskannya?? Aku pun saat ini masih dalam tahap belajar, belajar untuk ikhlas, sabar, lapang dada dan berpikir positif.
Akhirnya, aku pergi ke kamarku lagi, dan ibuku ke kamarnya. Masih saja dia berceloteh. Agara segera usai, aku langsung menghampirinya ke kamar dan memohon maaf di kakinya, seperti yang tidak pernah ku lakukan sebelumnya. Aku ceritakan semua niatku, semua ingatanku, dan aku berusaha memotong ibuku dengan kebenaran yang aku miliki, kebenanran yang membuatku berkata dan bertindak seperti itu.

"Tyangmediolas. Bin jah gen opik kel ngalahin umah. Diolas de baangne tyangmegedi dengan ngabe perasaan kene. Tolong juga ngertiin tyang, seperti tyangberusaha ngertiin ibuk. Bin kejep gen kok buk, tyangsing kel nyusahin ibuk biin, tyangmediolas sajan. Tyang be ne ngelah pelihne, tyang ngidih pelih."

 "Saya mohon. Lagi sebentar aja Saya akan meninggalkan rumah. Mohon dengan sangat jangan dikasi Saya pergi dengan perasaan seperti ini. Tolong juga ngertiin saya, seperti saya berusaha mengerti ibu. Lagi sebentar saja kok, saya tidak akan menyusahkan ibu lagi, saya mohon dengan sangat. Saya yang salah, saya minta maaf."


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Aku tidak habis pikir. Aku masih tertangis malam itu. Aku bahkan ingin menukar nyawaku. Aku memohon kematian pada Dewi Kali. Aku ingin mati dalam tidurku. Apa gunanya aku hidup? Aku, yang juga mendambakan kasih sayang orangtuaku, adik-adikku, mereka semua tidak ada yang bisa menyayangiku. Tidak harus dengan pelukan, bukan?

Adik-adikku, mereka sangat takut denganku, karena aku serem kalau lagi marah dan emosi (seperti kemarin malam). Bahkan salah satunya memblokir akunku. Waktu mereka kemah atau tidak di rumah, aku selalu menanyakannya, mengkhawatirkan dan ingin tau kondisi mereka. Namun ternyata hal yang sama tidak dilakukan untukku. Mereka mungkin tidak menganggapku penting.

Ajikku? Aku memang selalu membelanya, BUKAN karena dia yang bekerja dan menghasilkan uang, seperti yang selalu dituduhkan ibuku kepadaku. Melainkan karena ajik polos, dia tidak pernah bicara nada tinggi seperti ibuku, dan kadang mendapat balasan omongan yang tidak enak didengar, dari ibuku dan adik-adikku. Tapi, waktu ibuku dulu sudah ketahuan bertindak tidak senonoh, ajikku malah mengataiku sebagai penghancur keluarga yang ia bangun. Apakah aku berniat begitu?? Niatku selalu disalahpahami, bahkan setelah aku jelaskan.

Ibuku, aku kebingungan harus memulai darimana. Aku tidak mengerti, meskipun tau sedikit dari cerita-ceritanya tentang masa lalunya, mengapa ibuku seperti menyimpan dendam pada hidupnya, dan pada ajikku, dan juga padaku. Kami selalu salah di matanya. Aku malas untuk berargumen, jadi aku, setelah 'menyadari' kesalahanku bertahun-tahun lalu, berusaha tidak merespon. Tapi itu tiada guna. Selamanya, ibu akan tetap membenciku. Segala upayaku, aku tau semua itu akan sia-sia. Maka dari itu aku sedikit merespon segala sesuatu di rumah. Aku tidak mau turut campur. Tapi kemarin, aku terseret arus emosi. Aku tidak akan bicara lagi sampai memang waktunya.

Dulu, aku punya cita-cita. Aku ingin mengubah taraf hidupku. Tapi ku pikir, mencari uang saja tidak akan mendatangkan kebahagiaan. Aku lebih memilih untuk bahagia, seberapapun yang aku punya. Aku hanya ingin hidup di antara banyak kasih sayang. Tujuan baru hidupku kali ini adalah...

Aku ingin segera meninggalkan rumah ini, dan orang-orangnya.

Mereka akan datang jika mereka mau. Aku tidak akan sanggup mencari mereka lagi begitu aku berhasil keluar dari rumah ini.

Kamis, 26 November 2015

Bukan Untuk Dikasihani

Well, dalam beberapa jam lagi aku udah bertambah tua lagi setahun. Cepet banget rasanya. Dan setahun ini bukan tidak gampang aku lalui, ada aja cobaan-cobaanya..mari kita review

But first of all, let me tell you what's bothering me today..

Hari ini aku kesel, bisa dilihat dari status facebook ku --> https://www.facebook.com/opik.noviadewi
Masalahnya, kenapa tiap aku mau ulang tahun, ada aja yang bikin kesel..trus ujung2nya aku bakal didiemin dah sama beberapa orang karena aku marah, gak ada yang inget ultahku. Jangankan ngasi kado, dikasi suprise, inget aja kaga ada. palingan cuma temen baikku aja yang inget. (Aku gak nyebut "sahabat" yaa, trauma karena udah 2x pernah ditinggal sama orang-orang yang ku anggap sahabat) Aku kadang, jujur, ngiri banget sama temen-temen yang dapet surprise dari temennya, dari pacarnya, dari keluarganya, trus diupload makanya aku tau jadinya iri deh hahahaa..bukannya kepengen diceplokin telor, tepung, kopi atau semacamnya sih..seru aja gitu kan ..artinya yah temen2 inget laah..yasudahlah~


Kembali ke topik utama...

Hari ini aku dibikin kesel sama 2 hal, menyangkut 2 orang..yaitu PISAU dan BELATUNG! (orangnya?? baca aja dulu, nanti pasti tersurat dan tersirat orang2nya) Jadi hari ini aku diminta masak sama ibuku, bahan2nya juga udah dibeliin. And, pas aku mau masak, gak ada pisau! motong sayur, bawang, cabe dll mau pke apa emangnya?? -_- setauku ada 2 pisau, satunya cadangan karena udah patah ujungnya, satunya sering dipakek. Nah yang sering dipakek inilah yang MENGHILANG. Karena kupikir ibuku yang pakek bikin sampian kemarin, makanya aku sms ibuku, dengan nada sedikit kesal. Begini percakapannya (kurang lebih)

I: Ibu//A: Aku

A: ije tiuke bu?? (dimana pisaunya bu?)
I: yee cobak cari di keben, kemarin omang bawa rasanya (lho coba cari di keben (wadah banten ala Hindu Bali), .....)
A: ibuk ibi ngae sampian gak pakek tiuk?? yaudah klo gak ketemu biarin dah, gak perlu repot2 masak (ibu kemarin bikin jejaritan gak pakek pisau??....)
I: Nak meli sampian..ya gausah dah masak (kemarin beli kok sampian........)

Nah, lagi sebentarnya dia pulang, adikku aku minta bantuin aku nyapu ruang tamu, akunya pura2 tidur..trus terjadilah percakapan yang nunjukin kalau ibuku itu ngeyakinin adikku kalau dia gak ada makek pisau itu, kemarin dia makek gunting. Nadanya agak kesel sih, aku curi2 dengar aja, udah BT banget soalnya, gak ada yang pernah apik dan naruh sesuatu di SATU TEMPAT.

Well, akhirnya aku nemu pisau baru (hasil menjelajah kamar ibuku). Aku pakek aja masak sayur kan, trus aku mau cuci beberapa peraabotan, dan disanalah aku mulai lihat BELATUNG. Awalnya aku kira itu cuma dari sisa makanan kemarin yang berceceran, ku bersihin aja kan. Singkat cerita, satu menu sudah ku masak, sayur ijo. Dan, akhirnya aku lihat sumber belatungnya, yaitu di panci bekas ungkeb ayam beberapa hari yang lalu!! Mungkin belatungnya keluar karena tadinya aku masak, dan api kompor yang panas itu bikin mereka menggeliat keluar. Aku bawa deh pancinya itu keluar buat dijemur di bawah sinar matahari, eh di bawahnya sumpah banyak banget!!! Sampai ke tembok manjat2 gliat2 gitu T_T huhuu..trus aku manggil adikku yang tadi, minta bantuan dia buat cuci piring. terjadilah percakapan sebagai berikut:

A: Aku// D: Adikku

A: De, liat deh sini
D: Apaan? (nyamperin ke dapur)
A: (nunjuk ke arah dapur yang isi belatung)
D: WHAT??!!! Iiiiihhh gliat2 dia geliiii yaampun darimana datengnya???
A: tuh dari panci ibuk, berhari2 ternyata gak dicuci. Tadi opik kan masak, pancinya deket kompor, mungkin dia keluar karena panasnya kompor
D: Iiiisshh duh gimana nih cara ilanginnya??!!!
A: gini dah..kalo gak dicuci pasti ibuk ngomel2 "Kan opik yang di rumah, kemarin pas cuci piring kenapa gak skalian dicuci pancinya??" blehblehbleh~ aku dah lagi yang salah. Sekarang bantuin nyuci piring nih
D: itu??? yang isi belatung thu???
A: manaaa
D: itu lhoooo iiisshhh
A: duh, dikit lho, itu yang banyak disana (nunjuk ke arah kompor) mana solar? mau ta semprot
D: (bawain solar)
A: (semprot2 belatungnya pakek solar) duh salah harusnya gak gini, kasian perabotannya
D: duh mana dia kebal solar lagi! liat nae tuh masih gliata2 diaaaa!!!
A: duh kamu tuh, sini bantuin dulu, emang mau nyuci pas belatungnya udh ilang?? trus kapan ilangnya emangnya?
D; aduuhhh geli aku!! emang mau mati belatungnya???
A: duh mulut ja kamu  bawa!! emang bisa ilang belatungnya kalo kamu ngomel aja??!!
D: (langsung pergi ke kamar)

Dan, kalian tau ngapain adikku itu di kamar?? Yup, NONTON!!
WEll, kekesalanku udah jelas banget di statusku yang di facebook, tertanggal 27 Nov 2015. Lihat aja. Aku udah gak bisa b ilang apa. Mau marah2 juga aku percuma, aku yang bakal capek, dia juga bakalan mesaut aja dengan congkaknya (ngejawab omongan dengan sok nya). Mentang2 dia libur. Kemarin2 juga pas dia di rumah, aku cuma nanyak nih, NANYAK.  "Ada kemana nanti sore de?" dijawabnya: "Duh baru je aku dapet libur, kasi je ngaso di rumah!". Emang sih aku waktu itu mau MINTA TOLONG dia buat jemput adikku yang lagi satu karena aku ada NGAJAR, TAPI ngedenger jawabannya yang kayak gitu, aku males ngomong lagi banyak2. Aku aja yang jalan sambil kebut2an di jalan.

Gak cuma itu aja, banyak contohnyaa. Seakan-akan aku tuh GAK PERNAH BENER JADI CONTOH SEBAGAI KAKAK. Kadang aku pengen nangis. bahkan aku udah pernah nangis saking kecewanya sama mereka. Dan tau gak, ibuku gimana reaksinya? Aku malah disuruh ngomong baik2 sama adik2ku. Kurang baik gimana lagi aku ngomongnya?? Belum lagi adikku yang D ini sok2 ngebela adiknya, seolah2 dia gak salah. Sumpah, kalo udah sikonnya kayak gini, aku selalu pergi dari rumah. Aku gak kuat sama atmosfernya, serius. Kayak sekarang, aku lagi d KF*C nulis curhatanku ini.

Well well well...

Setahun ini ya..hmm

Betapa anehnya, waktu bisa menjauhkan orang-orang yang mulanya dekat, dan mendekatkan yang mulanya tak terduga...yaa, begitu kesanku tahun ini..

Di awal tahun, aku masih berkutat dengan masalah di rumah (klasik). Saat itu aku masih pacaran sama mantanku, dan hubungan kita emang udah rada2 merenggang. Kita sering berantem. Emosiku masih labil banget, apalagi aku masih terbawa masalah di rumah, kepikiran masalah studi tour (ini kampret, nanti ku jelasin juga). Kita sering berantem dan aku juga mulai sering bilang2 putus, kata2 kasar, karena bener2 ngerasa gak dingertiin sama dianya. Akhirnya, aku diputusin 3 hari setelah ultah mantanku itu, tepatnya 26 Februari, dan sebulan kemudian dia jadian sama ceweknya yang sekarang, tepatnya 22 Maret. Awalnya aku udah naruh curiga ke cewek ini, dan ke mantanku sendiri, karena tiba2 hp nya gak pernah bunyi kalo lagi sama aku (biasanya kan bunyi bbm, line dll), trus iseng kuintip fbnya, adalah kontak2an mereka ini. Karena kecurigaanku ini kupendam, jadi pas dia sebenarnya lagi bohong sama aku (bilangnya lagi gawe tapi malah ketemuan ama cewek itu), aku dibilangnya terlalu overprotektif, takut berlebihan, dan dia mulai gak nyaman katanya, sampai akhirnya, kata2 menakutkan itu. "AKU BOSEN". Bagi dia, ini mungkin solusi terbaik, tapi bagi aku tega banget. Aku yang lagi banyak pikiran gini, bukannya disupport, dikuatin, dingertiin, dikasi waktu malah minta putus. Bilang pula ke ortuku bahwa dia gak akan balik lagi sama aku apapun yang terjadi. Omongannya itu lho, sombong banget. Jalinan selama 3 tahun ini jadi terasa sia2 gitu aja. Aku mulai stress. Dan saat bersamaan, aku juga kehilangan orang-orang yang aku anggap sahabat (yang ku ceritain tadi). Masa2 kelamku pun dimulai. Temen2 yang dulunya biasa aja, sekarang mulai deket sama aku, ngasi aku support saat itu saat aku bener2 sampe bengong di kelas. Aku yang biasanya aktif bertanya setelah presentasi, malah diem bengong duduk di pojokan. Aku kurusan. Lalu di rumah, mungkin ortuku sadar dan KASIHAN lihat anaknya stress begini, mereka akhirnya rujuk (bukan dari cerai, tapi dari diem2an dan cekcok hampir tiap hari) dan mulai perhatian lagi ke aku.

Akhirnya bulan2 setelah itu terlewati. Aku bisa lewati UAS bulan Mei kemarin, dan aku juga totally lost contact sama mantanku. Aku di blok, jadi aku putuskan juga untuk nge-blok dia. mungkin dia mau KEPO tapi akunya udah gak ada, jadi tiba2 aja mantanku sms, bilang intinya kalo dia merasa udah cukup dia bersikap gini ke aku dan dia minta maaf. Lucunya, saat itu juga, aku baru aja abis nge-packing semua barang2 dari dia, ku taruh di gudang. Eh malemnya dia sms begitu~ dan disana mulai lagi kita kontak, tapi lewat adiknya. Gimana ceritanya??

Ceritanya tuh adiknya minta les privat bahasa Inggris sama aku, minta ketemuan dulu untuk deal harga. Pas udah ketemu and deal fee, dia malah curhat tentang kelakuan kakaknya yang mulai ngebantah ortu dan makin aneh. Trus dia dapet mimpi tentang masa lalu pacar kakaknya itu, dan itu semua memang bener dan aku udah tau. Aku cuma bisa nangis. (Cengeng banget ya aku). Singkat cerita, aku mulai ngajar, dan ketemu lah lagi sama mantanku itu. Aku gak ngerti aja kenapa out of blue gitu adiknya minta les. Mungkin perasaanku aja, gitu aku bilang dalam hati. Sejak itu juga dia tiba2 intens chat aku lagi, aku tanya kenapa, apa ada masalah ama ceweknya. Dia akhirnya ngaku, dan "katanya" sadar cuma aku aja yang bener2 sayang sama dia (BULLSHIT). Aku akhirnya sering ngobrol, sering kasi masukan juga buat masalah mereka. Posisiku serba salah, believe me. Di satu sisi aku ngarep balikan ama dia, tapi di sisi lain aku harus kasitau dia gimana sih mau ceweknya, maksud ceweknya. Niatku baik, dan aku harap dia sadar. Tapi semua itu sia2. Aku dekat lagi sama dia, tapi macem selingkuhan jadinya. Udah ku kasitau beberapa kali, tapi dianya bilang "AKU GAK BISA SAMA KAMU LAGI, GAK AKAN BISA UNTUK SAAT INI. TAPI AKU AKUI MASIH SAYANG KAMU". Melihat keadaan ini, dan aku merasa berdosa jadi orang ketiga di hubungan mereka (meski dulu ceweknya juga jadi orang ketiga di hubunganku), aku akhirnya memberanikan diri untuk tegas. Disini aku dapet curhat dan banyak tuker pikiran sama temen, yang dulunya aku gak sangka2 bisa sedeket ini jadinya dan sevulgar kayak cerita ke sahabat sendiri, kita temenan. Dia (cowok) support aku untuk tegas dan menyerahkan semua pilihan ke aku.

Akhirnya? Aku jadian sama pacarku yang sekarang. Tepatnya Akhir Juli, jelang KKN  bulan Agustus.

Skip skip skip aku selesai KKN, tapi aku, sampai saat ini, masih sih suka kepoin akun si mantan. Mau pantau dia udah seberapa jauh ama ceweknya. Bukan yang lain2 lho yaa. Soalnya sesuai pantauanku, LAY-NGET mereka -_- ilfil gueh wakakakaaa

Skip skip~

Akhirnya aku berhasil move on dan mencintai pasanganku yang sekarang (soalnya kemarin hatiku masih terbagi buat mantan). TAPI..adaaa aja cobaanya. Pacarku ini lagi training selama 3 bulan di Lombok. Dia akan berangkat PESIAR~ yuhuuuu bangga sih..tapi kenapaaa di saat aku lagi cinta2nyaaa (ciee).

eh, wait..ada lagi sebelum ini. STUDY TOUR!!!

Nah ini nih, bikin stress bukan main jugak. Jadi, aku nih satu angkatan, yang JADWALNYA akan berangkat ke SINGAPURA tanggal 22 Oktober, kena tipu pihak travel!!! KENA TIPU!!! Bayangkan, taunya pas mau berangkat, karena gak satupun pihak travel muncul!! Belum lagi ada pihak GARUD*A mintain uang tiket pesawat untu 136 mahasiswa yang belum dibayar lunas. Duh..aku gak bisa berkata2 pas itu. Cuma bisa diem, ketawain nasib, terus fotoan sama temen2 ahhahaa. Aku perjuangin tuh bayar tur kampret program WAJIB dari PRODI (kalau kalian nemu berita di Tribun, Balipost dll, JANGAN PERCAYA).. Aku sampe ngutang, utangnya masih kucicil tipa bulan, ya bilanglah 50:50 aku bayarnya sama ortu. Aku kebiasaan begitu soalnya, gak tega sama ortu, apalagi biayanya (totalnya) hampir 10 juta. Haahh..

Akhirmya, kita yang gerah kena tipu dan gerah dengan pernyataan2 pihak prodi ke media masa, kita inisiatif2 aja sendiri untuk bikin poster, biar si HENRI HARDJO si penipu itu segera tertangkap. EH lagi beberapa harinya, si pelaku menyerahkan diri ke kantor poisi, ditemenin ibunya (anak mami banget). Ibunya sih niatnya baik (semoga bener baik) mau bayar total kerugian 1,1M ke kita tapi bertahap karena gak mungkin ada uang segitu, tapi si H ini malah sok ngancem, bilang masih pegang 700juta tapi baru bakal dikasitau kalau tuntutannya ke dia itu dicabut. NO WAY yaaaa dasar kampret!!!

Well, bagi yang baca, mohon doa aja semoga segera terealisasi niat baik ibunya, sembari ngurung si kampret itu di penjara. Dia sih enak makan gratis, pengen gua cabutin aja satu per satu itu bulu2 di badan dia!! Hahaa

Yah kira2 segitu perjalanan menuju 21 ku. Belum lagi masalah2 kecil di rumah, yang bikin aku selalu gak betah dan pengen banget cepet2 punya kerjaan tetap dan segera nyicil rumah. Hmm

Bukan untuk dikasihani yaa..So for your information only..terutama buat yang biasanya suka nge-judge aku, dan buat yang mau temenan sama aku tapi ragu. Silakan dibaca. Feel free to be friend :)


Thanks for reading...

Kamis, 22 Oktober 2015

Cerita Jelang 21

"Sekolah dimana dik?"
"Oh ambil jurusan apa? Semester berapa sekarang?"
"Waahh lagi nyusun skripsi, bentar lagi tamat ya..mau kerja dimana?"
"Gak pengen nikah tuh?"

Ternyata di usia segini, pertanyaan yang serem tuh ya yang kayak tadi di atas..hiii serem.. Dengernya aja serem, apalagi dipikirin..

Btw, harusnya aku pulang dari Singapore hari ini, di hari keempat. Tapi kenyataan berkata lain, pahit. Aku dan kawan-kawan dari jurusan Sastra Inggris FIB UN*UD (udahlah kaga usah disembunyiin lagi, wajah gue juga udah nongol di koran -_-) kena tipu! Bayangin, orang-orang intelek bisa ditipu dengan gampang dan konyolnya (gitu sih menurutku, soalnya kita kayak bego banget sampe bisa ketipu, ceroboh asli).. Ceritanya?? Puanjaaannnggg, nanti deh ya..yang jadi fokus utama adalah alasan kenapa tiba2 aku pengen nulis..

Haahh, di tengah-tengah musibah ini, jelas ya aku kepikiran, akhirnya sakit (ini lagi sakit-sakit tapi ya kalo nulis emang hobi hahaa). Gimana gak kepikiran?? Duit 8juta melayang cuy. Lu kate duit macem metikin daun?? Setahun tuh nabungnya.. Jujur, aku patungan sama duit ortu untuk bayar studi-kampret-tur ini, aku 3juta, sisanya ortu..bayangin lu nabaung setahun dan gak jadi berangkat..bukan karena bencana asap atau pesawat delay, tapi KENA TIPU. Gila gak? -_- udah habis kata-kata dah. Belum lagi pihak jurusan yang seolah-olah "cuci tangan" alias gak mau bertanggung jawab!! Haduuhhhh..dosa apa hamba

Eh eh, belum nyampe fokusnya jugak nih?? Yaudah deh sambil jalan dah ceritanya..

Jadi, ini studi-kampret-tur adalah program dari jurusan. Panitianya dari jurusan. Nah kita diancem dengan kata-kata "syarat skripsi", kalo kaga ikut ya kaga bisa. Kita, sebagai mahasiswa semester akhir, yang SKSnya tinggal skripshit doang, jelaslah meng-iya-kan..siapa sih yang mau dipersulit kelulusannya? Nah, kenyataan yang terbalik pun beredar di media, bahkan kajur ku ini mengaku kaga bertanggung jawab dengan pengembalian uang kami!! Yak, kenapa kita nuntut dia, katena dia lah pengusul travel ini, padahal dari kitanya nih, mahasiswa, udah punya usulan travel sendiri..hmm


Ayo ayo masuk fokus sekarang!!!


Udah tau kan, berat kan kasusnya, sampe sakit nih, masih sakit nih.. Ternyata, Tuhan, gak tau deh baik atau enggak, ngasi cobaan lagi buat hatiku. Bukan masalah pacar ya, tapi "keluarga".

Sekarang aku tanya, kamu punya keluarga gak? Seberapa deket kamu sama ibu, bapak, adik dan kakakmu? Mereka berarti kan buat hidupmu? Nah, sekarang, mereka yang malah menyakitimu..bayangin dah tuh sakitnya kayak apaan..


Jujur, sebelum buat postingan ini, aku nangis. Kenapa?? Di tengah-tengah musibah ini, aku malah dibikinin status, sama ibuku sendiri, yang isinya sumpah gak ngenakin banget. (Ini nangis lagi pas ngetik kalimat ini, sedih sumpah) Kamu lagi ketimpa masalah, sampe sakit, trus malah dikasi omongan keras sama ibumu, trus dibuatin status. Kira-kira gimana sih perasaanmu??

Oke, aku emang bikin status sesaat setelah pertengkaran sama ibuku, tapi aku sama sekali GAK ADA menujukan itu untuk ibuku, dan gaada kata ibu disana. Mungkin ya ibuku kepo, trus tersinggung sama statusku, trus bikin status buat aku, isinya jelas banget buat aku. Sinting gak menurutmu?? (Maaf, gue pake kata "sinting" karena gak habis pikir aja. Anak lagi kena musibh, sakit, malah dibikinin status macem begitu)

Ibuku udah S1 ya, apalagi dosen-dosen di jurusanku, mungkin udahh ada yang S5 kali yak.. Aku jadi mikir aja, dari dulu aku udah punya pikiran begini: "kalau memang orang-orang yang berpendidikan tinggi, akhlak dan moralnya tidak setinggi gelarnya, aku mendingan gak usah sarjana!" Serius, aku mending tamat SMA daripada bergelar sampe mampus tapi moralnya begitu. BEGITU.

Aku gak maksud jelekin siapa-siapa. Aku buka kartu aja semuanya. Mau lagi?? Kalo boleh jujur, mati pun aku sekarang, gaada yang nyariin tuh orang-orang rumah. Meskipun aku punya 3 adik dan 2 sudah ngerti gadget, gaada yang care sama aku. Gaada yang nanyak aku lagi dimana, udah makan? Emangnya pacar doang yang nanyak begituan?? Bahkan ya, aku ngiri pas KKN sama temen-temen aku yang dihubungi ama keluarganya. Gak cuma dikunjungi, tapi di smsin, ditelponin, ditanya lah. Nah gue?? Ditengokin sih, itupun aku yang minta. Miris yak? Kasian banget yak?

Antara lucu dan menyedihkan, aku gak tau nasibku harus aku ketawain atau tangisin. Yang jelas, aku langsung nangis tadi baca status yang dibuat ibuku. Sumpah. Rasanya, sekali lagi, mati pun aku di jalan, tanpa bawa identitas, gak pulang-pulang, gak akan ada orang rumah, keluargaku, yang nyariin. Bye.



Note: FB ku "Desak Opik Noviadewi"
           FB ibuku "Kartika Ariani"

Minggu, 12 Juli 2015

My little diary



Dear ‘the silent night sky’,

Tadi kulihat Sang Bulan sekitar pukul 6 sore. Langit masih biru cerah tersapu sedikit merahnya senja. Dalam hati aku berkata, “Ah, besok pasti indah, seperti biasa! Aku ingin menikmatinya dari awal! Tapi...” Aku tiba-tiba bersin. Haahh..flu. Bagaimana bisa aku menikmati indahnya bulan esok hari, ditemani deburan ombak, membawa kenangan lama. Cuaca sangat tidak bersahabat. Sungguh, awal Juli yang ‘cukup berkesan’.
Satu bulan, tepatnya 30 hari kemarin aku sudah kembali berjuang. Menjelang akhir bulan hatiku gelisah, ternyata ada sebabnya, tapi aku ragu apa benar itu sebabnya. Aku pernah mengirimi pesan singkat untuk-mu yang bunyinya,
“Bulan mei-juni aku tunggu. Aku yakin aku sudah berubah. Aku ingin kamu yang merasakannya. Dan bila tidak kau sambut baik, mungkin ini akhirnya.”
Tanpa ku sadari, semua orang-orang di dekatku, dan yang dekat denganku, terkena imbas dari kegalauanku. Maaf. Aku tak berdaya. Pun tak ada maksudku untuk menyinggung atau membuat kesal, justru akulah yang sedang gelisah. Namun, saat ku ceritakan padamu, ku tanyakan mengapa, aku malah mendapat jawaban yang ‘menghakimi’.
“Belajarlah dari hubungan kita yang dulu, yang gak akan pernah kembali.”
Begitu pesimisnya kata-katamu. Tidak tajam, tapi membekas. Aku semakin gelisah dan bertanya-tanya dalam hati, “Apa ini akhirnya...?” Padahal, aku masih bertahan berdiri di atas satu titik yang hampir tak mungkin seseorang bertahan untuk berdiri. Semua karena apa yang aku yakini, dan apa yang kusebut upaya.
Akhirnya motorku tiba di tempat tujuan. Tapi sayang sia-sia. Masih ada hari esok untuk bimbingan dengan dosen. Hal ini langsung menjadi renunganku. Meskipun kita telah berupaya, dan sekalipun itu terlambat, masih ada kesempatan jika kita mau mengambilnya. Setiap hari yang baru adalah kesempatan baru. Benar kan?
Ku pacu lagi motorku ke arah berlawanan. Kini jauh, untuk rejeki kecil. Sesampainya disana, senyum hangat itu kusambut dengan tangan dan kakiku yang kedinginan. Lalu aku duduk menunggu. Seperti tak pernah bosan aku menunggu. Aku pernah menunggu berbagai hal, mulai dari bekal, giliran, gaji, bus, antrian, bahkan sesuatu yang ‘tidak pasti’. Wah, kau datang! Tapi yang ku tunggu adalah adikmu, dialah yang membutuhkan bantuanku. Tapi, aku harus tegar! Senyumku biasa melihatmu, juga karena kondisi kesehatanku yang sedang menurun. Tatapan itu, ntah aku senang, sedih, marah, atau kecewa, saat melihatnya.
Haah..orang yang ku tunggu tiba. Sedari tadi, kau memperhatikan kesehatanku, mulai dari memeriksa suhu badan, telapak tangan dan kaki, sampai menanyakan apa aku sudah makan dan minum obat atau belum. Perhatian itu, layaknya kau dulu jadi kekasihku, namun saat ini perhatian itu hanyalah dari ‘seorang kakak’. Ya, kau tetap bersikeras dengan kemauanmu itu, tanpa memikirkan perasaanku. Apa aku terlalu perasa...? Ya, aku adalah tipe wanita yang sensitive (baca: perasa).
Tak sengaja kau tinggalkan ponselmu di atas meja dimana aku menerjemahkan tulisan-tulisan itu. Ku lihat wallpaper yang menghiasinya. Ada 2 wajah bahagia yang sedang melihat ke arah kamera. Ya, siapa lagi? Kau dan dia. Momen beberapa detik itu membuatku kepikiran, bahkan sampai saat aku menulis ini. Kesalahan apa yang ku perbuat, hingga harus seperih ini ku jalani hari-hari ku...? Dalam hatiku yang kuat namun rapuh, aku tetap bertanya:
“Is this what I really deserve...?”
Siang tadi, hawa dingin bertemu teriknya matahari, aku berkendara pulang. Perjalanan yang tidak sebentar, dan ya, seperti biasa, aku suka melamun dalam perjalanan. (Tenang, selalu sampai tujuan yang tepat, dengan selamat) Tak sadar ku titikkan air mata. Aku teringat dirimu. Aku mengingat semua, seperti cuplikan-cuplikan peristiwa yang telah berlalu. Aku melihat lagi, hari itu, ketika ku temukan pesan singkat mesra dari seorang wanita, yang menjadi kekasihmu saat ini. Tak sepatah kata pisah pun terucap dari bibirku saat itu, meski kekecewaan terbaca jelas di mata, dan raut wajahku. Kau mendua... Aku juga melihat cuplikan peristiwa saat pesan darimu muncul di layar ponselku, setelah 2 bulan lamanya. Aku ingat bagaimana kau saat itu menangis di pelukanku, menandakan kerinduan dan penyesalanmu, sehingga aku mau kembali “mengupayakan hubungan kita”.
Tapi...
Aku merasa kecewa. Tidak sepantasnya aku mendapat perlakuan seperti ini. Sakit, hatiku rasanya diiris tipis. Sebegitu besarnya kah kesalahanku sampai aku mendapat perlakuan seperti ini? Apa kau merasa apa yang kau lakukan sudah benar? Mengapa...mengapa saat itu kau tunjukkan bahwa kau masih ingin bersamaku, tapi kau juga tak ingin melepas dia? Bahkan..aku harus mendengar berita keseriusan hubungan kalian, langsung dari bibirmu. Apa itu taktikmu untuk “kembali menjauhkanku”? Aku berjuang, memperlihatkanmu bagaimana aku berkembang selama 2 bulan terakhir. Aku berusaha mengayomimu, memaklumi kondisimu, menghargai keputusanmu, bahkan memberi masukan saat kau berselisih dengan kekasihmu. Salahkah..? Apa aku salah lagi..?
Aku tak tahan lagi. Ya, aku egois, tapi keegoisanmu telah membutakan mata hatimu, menulikan indra pendengaranmu. Saat ini, kau hanya seseorang yang buta dan tuli. Seberapapun aku berupaya, kau tidak melihatku. Seberapapun aku meyakinkanmu, tidak kau dengar. Perasaanku, jangan pernah dianggap sebercanda ini...
Air mataku semakin deras saat ku ingat malam itu, malam terakhir aku bertemu denganmu, dan bicara dengan orang tuaku. Tak cukup kah kau membuatku malu di hadapan kedua orang tuaku..? Tak cukup kah kau membuat kedua orang tuaku berpikir seolah-olah mereka gagal mendidikku, sehingga berujung hubungan yang berakhir..? tak cukup kah ku terima ajakanmu ‘bersaudara’ ketika hati ini masih memanggil-manggil namamu..?
Dilema..hanya itu yang memenuhi pikiranku. Ada yang bersuara untuk tetap dalam kondisi seperti ini dan tetap meyakinkan dia; ada pula yang bersuara agar tetap menjalin komunikasi, tapi jangan terbawa perasaan lama; dan ada pula yang bersuara “menghilanglah, seperti saat lalu..”
Satu pintaku, tidak, harapanku, jangan membunuh keyakinan dan harapan seseorang. Semasih seseorang memiliki harapan, di situlah dia akan berusaha. Aku tak akan berhenti berharap, aku akan mengupayakan yang terbaik yang aku bisa. Aku percaya, karena salah seorang kawanku berkata:
“Change doesn’t happen overnight. It takes time.”
Semoga, ketika ‘waktu’ itu ‘tiba’, kau tak terlambat menjemputku...
Akhirnya, sudah ku putuskan!

Selamat malam...

Rabu, 24 Juni 2015

Dear 'You',

Hai...

Padahal baru kemarin ya ketemunya..hehe. Rasanya bulan Juni ini satu lagi bulan yang sulit bagi aku, sejak Februari kemarin. 2 bulan hilang kontak denganmu bukanlah masa-masa yang menggembirakan. Maksudku, aku memang banyak mendapat dukungan moral, semangat, doa, dan ajakan untuk refreshing biar gak galau aja. Tapi, kamu seolah hadir lagi dan membutuhkan cahaya dariku. Bukan maksud GR, tapi rasa ini, seberapa kerasnya pun berusaha kau padamkan, kau bunuh, ia masih tetap disana.

Kau datang menanyakan kabarku saat aku putuskan untuk benar-benar hilang darimu. Iya, aku KEPO selama 2 bulan kurang lebih. Meski kita sudah tidak saling berkawan di media sosial, tapi aku selalu menemukan cara untuk tahu kabarmu. Ada rasa sakit dan senang juga kala itu, melihatmu sehat dan baik-baik saja, tapi kamu sekarang memilih dia. Rasanya, tak perlu aku terlalu khawatir, karena saat ini ada dia yang selalu memperhatikanmu.

Saat kau datang menanyakan kabar, saat itu pula aku merasa rindu yang meluap, sekaligus kemarahan yang membara. Mengapa seolah-olah ini memang sudah diatur? Kau tahu, saat malam kau menanyakan kabarku lewat pesan singkat, di siang harinya aku baru saja mengemasi barang-barang pemberianmu dan menyimpannya di gudang, lalu aku blokir semua akunmu di media sosial. Mengapa kau datang seolah-olah kau sudah kehilanganku?

Sempat aku memenangkan kembali egoku, dengan membalas pesanmu 6 hari setelahnya. Aku putuskan untuk membalasnya. Beberapa hari kemudian chat kita jadi nyambung setelah sekian lama. Waktu itu kau bilang sedang ada masalah dengannya, lalu kutanya "Apa ada hal lain yang kau sadari?" Kau pun menjawabnya dengan "Ya, masih ada seseorang yang memang sayang sama aku. Itu kamu." Tanpa berpanjang kata lagi di chat, motorku kala itu langsung mengarah ke rumahmu.

Sesampainya disna, aku melihat ibumu di warung. Mencium tangannya adalah sudah biasa. Beliau pun berkata padaku "Baru tadi mama mikirin kamu nak, kok lama gak berkabar, eh dateng. Berarti hati kita terhubung." Aku cuma bisa minta maaf karena lama tak berkabar. Sembari bercerita singkat atas maksud kedatanganku, aku langsung masuk ke dalam, mencarimu. Senyum itu, sebelumnya aku pernah lihat ketika kau bilang tidak enak badan, lalu kutitipkan air mineral berisi pesan "Berjalanlah sejauh yang kau ingin. Ketika kau lelah, kau pasti pulang padaku. Akulah tempatmu kembali". Senyum yang kukenal, tak bisa kutahan untuk membalasnya. Kau pun bergegas mandi, lalu mengajakku bercerita di atap, tempat biasa kita bicara.

Aku berusaha menahan tangis kerinduan. Ku palingkan wajahku. Lalu terjadi percakapan seperti ini:
kamu : disini dah biasanya aku merenung, mikirin tentang kita
aku : mikirin siapa?
kamu : kita, aku dan kamu
aku : (menitikkan air mata) ya ini kan pilihanmu. Sekarang kamu masih mau di dalamnya, atau keluar?
kamu: (terisak)
aku : (menoleh ke arahmu, lalu berdiri di hadapanmu) boleh aku peluk?
kita : (berpelukan sambil terisak)

Ingatkah kamu? Aku sempat mengajakmu kembali bersama. Aku tahu berat dalam hati dan pikiranmu, karena kau terlanjur berkata "tidak akan kembali padaku" ke kedua orang tuaku, terutamanya yang menyakiti hati ibuku. Jadi, aku mengajakmu kembali. Namun jawabanmu selalu sama, "Aku tidak bisa". Sampai kemarin pun, jawabanmu masih tetap begitu. Ada apa...?

Sejak saat itu, kita berkomunikasi. Aku menganggap bahwa ini adalah kesempatan, dan kesempatan yang sama tidak selalu datang lagi. Jadi aku putuskan untuk berjuang lagi. Kau pun mengutarakan keluhanmu tentang pacarmu. Aku berada di posisi yang tidak mengenakkan. Sehingga, atas nama wanita, dan karena aku tahu apa yang sebenarnya dirasakan oleh seorang wanita ketika berada di posisi itu, aku memberimu masukan, yang secara tidak langsung membela pacarmu. Aku hanya berharap pikiranmu terbuka mengenai apa yang sebenarnya kaum kami, wanita, rasakan. Dan, yang paling penting adalah, aku berharap kau BENAR-BENAR menyadari bahwa HANYA AKU yang mampu MEMAHAMI DIRIMU.

Berulang kali jawabnmu tetap serupa. Berkali-kali pula aku hampir putus asa. Tapi aku tidak hilang harapan. Dalam harapan kecil itu aku terus berusaha. Aku hanya tidak ingin menyesal nantinya karena tidak memperjuangkannya. Sampai kemarin, wacana yang keluar dari mulutmu benar-benar membuatku tak bisa mengeluarkan kata-kata, tapi air mata.

Tak ku sangka, kau mengiyakan keseriusan hubunganmu, yang baru berjalan kurang lebih 3 bulan ini, ke arah yang lebih serius. Kau iya-kan permintaan orang tua pacarmu untuk melangkah ke arah yang lebih serius. Kau bilang akan melanjutkan hubunganmu denganya ke arah "itu" setelah ia menamatkan studi S2, yang berarti tidak lama lagi. Hatiku sakit, rasanya mungkin lebih sakit dari kemarin. Aku berusaha meyakinkanmu lagi, tapi jawabanmu selalu begitu. "AKU TIDAK BISA".

KAMU TIDAK MAU!!!

Begitu kataku tegas padamu. Selama ini aku telah berusaha menyelamatkanmu, karena seringkali kau berkata bahwa dirimu telah tenggelam terlalu dalam dalam hubungan ini. Apa yang membuat tidak bisa...? Bahkan kau bilang ibumu memintamu untuk memikirkannya kembali, dan beliau juga masih memikirkanku kan katamu..? Mengapa..? Aku terus bertanya-tanya, apa salah caraku? Aku salah lagi? Apa seharusnya aku tidak mengatakan sesuatu yang membuatku seolah-olah membela pacarnya? Apa kurang kasih sayang dan perhatianku? apa....?

Kau bilang "Andai saja saat itu kamu tidak terlambat menyadari bahwa aku mencintaimu, sangat...tapi kau, dengan sikapmu, membunuh rasa cintaku. Sekarang hanya rasa sayangku yang tersisa, dan aku selalu rindu padamu. Tapi aku tidak bisa kembali padamu."

Terlambat? Bahkan aku masih memberimu kesempatan, tapi mengapa kau sekeras itu...? Apa kau masih meragukan ibuku? Ibuku bukanlah orang jahat yang tidak menerima seseorang begitu saja tanpa alasan. Mungkin iya, akan sulit baginya, karena hatinya juga telah tersakiti olehmu, yang dulu berjanji padanya akan menjagaku, namun akhirnya seolah mencampakkan aku, dan kau sudah memiliki pacar baru lagi. Tapi aku yakin, kita berdua, bersama-sama kita bisa meyakinkan ibuku, meyakinkan semua orang yang memang masih ragu.

Aku tidak pernah memintamu berjuang sendirian...

Aku tidak menunggu seseorang di atas gunung. Aku lebih memilih mendaki bersama seseorang itu, dan bersama-sama menikmati dunia dari atas gunung, melegakan jerih payah kita berdua. Aku sangat mencintaimu, dan aku selalu menyadari hal itu. Tolong masuklah lagi ke dalam hatiku, dan lihat. Mungkin memang tingkahku yang masih menyebalkan dan membatmu jenuh pada akhirnya. Tapi, segalanya butuh proses, bukan? Kita telah melewati 3 tahun yang bukan tanpa ujian. Kita berhasil sejauh itu, karena kita sama-sama yakin akan bisa melaluinya bersama.
masihkah sekeras itu, hatimu...?


Salam hangat,
Aku
(satu-satunya wanita yang akan mengayomimu, mendampingimu, dan berjalan di sampingmu sampai akhir hayat nanti)

Rabu, 17 Agustus 2011

100 Truths! After you've filled this out, tag 15 people and have them do the same.

at 4.15am, Thursday, August 18th 2011


1. last beverage→ Water, 1 glass

2. last phone call→ my sister

3. last text message→ Iwan, saying goodnight

4. last song you listened to→ FUCK YOU - Lily Allen

5. last time you cried→ almost everyday, I forget

SIX HAVE YOU EVER:

1. dated someone twice → I've never dating b4

2. been cheated on? → i've

3. kissed someone & regretted it? → Not yet..

4. lost someone special?→ my dearest friend, Ayu Sulis :'(( and the one who used to be my bestfriend [she regret being my friend for 4years]

5. been depressed?→ Always

6. been drunk and threw up → I Hate Drunk People

LIST THREE FAVORITE COLORS:

1. Pink

2. White

3. Maroon

THIS School Year HAVE YOU:

1. Made new friends → Of Course

2. Fallen out of love → dunno :p

3. Laughed until you cried → usually

4. Met someone who changed you → i have :))

5. Found out who your true friends were → YES !! and you're not, the one who threw me as a friend

6. Found out someone was talking about you→ Yes, *piiiip*. Fuck you bitch!

7. Kissed anyone on your friend's list→ never

8. How many people on your friends list do you know in real life → only few haha :D

9. How many kids do you want to have → Maximum, 3

10. Do you have any pets → yes

11. Do you want to change your name→ my name is beautiful :D

12. What did you do for your last birthday→ eat with fam at SUKUN

13. What time did you wake up today → 3am

14. What were you doing at midnight last night → I'm asleep

15. Name something you CANNOT wait for → I cannot wait for...my future soulmate and life

16. Last time you saw your father → just now, went work

17. What is one thing you wish you could change about your life? → my family's economical, people stop mocking at me, slap all the bitches!!

18. What are you listening to right now → water splashing by my fishes

19. Have you ever talked to a person named Tom → No..

23. What's getting on your nerves right now? → face my daily life

24. Most visited webpage → Facebook

, youtube, and...*secret*

1. Whats your real name → Desak Putu Ari Noviadewi

2. Nicknames→ Desak, Sak, Novie, Sak Opik, Opik, oi..!!, eh, km, etc

3. Relationship Status →SINGLE

4. Zodiac sign → Sagittarius

5. Male or female or transgendered→ *what?!*FEMALE

6. Elementary? → SD No.2 UBUNGr

7. Middle School → SMP Negeri 10 Denpasar

8. High school → SMAN 1 Denpasar

10. Hair color → Black [actually, dark brown]

11. Long or short → Normal for girl :))

16. Height → 161 cm

17. Do you have a crush on someone? → yes

18: What do you like about yourself? my face, my smile

20. Tattoos → no

21. Righty or lefty → Righty

FIRSTS :

22. First surgery → never

23. First piercing → NEVER

24. First best friends → My classmate

26. First sport you joined → badminton

28. First vacation- Java

29. First concert → GKS

30. First crush → Someone in the JHS

49. Eating → I forget

50. Drinking → WATER

52. I'm about to → finishing my math homework

53. Listening to → noise here

55. Waiting on → the CHANGE

YOUR FUTURE :

58. Want kids? YES

59. Get married? YES

60. Careers in mind? related to English, taking picture with my BIG FAMILY and run my happy life

WHICH IS BETTER :

68. Lips or eyes → both

69. Hugs or kisses → Hugs, but kisses will do too ;)

70. Shorter or taller → Taller

71. Older or Younger → Older

72. Romantic or spontaneous → Both

73. Nice stomach or nice arms → both

74. Sensitive or loud → neither

75. Hook-up or relationship → relationship

77. trouble maker or hesitant → None of them

HAVE YOU EVER :

78. Kissed a stranger → no

79. Drank hard liquor → no

80. Lost glasses/contacts → no

81. Sex on first date → no

82. Broken someone's heart → i have :'(

83. Had your own heart broken → yes, always

85. Been arrested → no

86. Turned someone down → hmmm...

87. Cried when someone died → yes, my fam and friend's death

88. Liked a friend that is a girl? → no

DO YOU BELIEVE IN:

89. Yourself → I doubt

90. Miracles → 50:50

91. Love at first sight → yep :D

92. Heaven → yes

93. Santa Clause → yes just when I get something from him :p

95. Kiss on the first date? → dunno

96. Angels → yeah

ANSWER TRUTHFULLY:

97. Is there one person you want to be with right now? → yes

98. Had more than one boyfriend/girlfriend at one time? → no

100. Posting this as 100 truths? → Yes... ahaha :D

Something, Unspoken Feeling about Stories

I don't know where to start. This is what I called unspoken. Your heart is the only one will understand it. That's why I feel like there's nothing to write when I wanna share my feelings and thoughts.

I run my life like anyone else run. I feel that everything I did is just right. But there's always something in something.

I know I'm such a stubborn, selfish, and never give up on my opinion. But, whatever or whoever you are, I think everybody deserve to have the same right, to be loved. I'm not talking about boys, but yes I do need a guy in my life of course :D [back to the topic].

I feel like everything I do is just a mistake. It's all completely wrong in their eyes. But if only you would know the truth why I'm doing it and all the reason, this misunderstanding wouldn't have happened so far, becomes an unspoken truth.

My close friends told me that they understand what I mean and they understand why would I do it that way, but I did it in wrong way. No, it's not wrong. I mean, I took the path which is more than 75% may hurt someone's feelings.

Realizing that the fact may let me lost my comrades, I tried to change my attitude. I tried to less talking about anything, but it made me feeling that I'm not me. I wasn't comfort with my new attitude. I felt like there's something might be better if I say my direct opinion. But the fact was worse than what I thought it would be.I should have realized it earlier, but I can't deal with time. Time goes on, and you just can't take back what you've said. And, the quotes : "Sometimes it's better not to say anything, than to say how you truly feel and make things worse" is just right. I should have continued to change my attitude.

"Be careful how you treat someone that cares for you because they might just walk away and never come back."That quote really happens to me. It is happening, I should say. I often fight with everybody whom I care about, just because of what I've said to them. I always think that it's just a misunderstanding, but I can't do anything to make it better. I just don't know what to do or what to say. And you know what? I need an hour [more] to write this note, because it is just not as simple as my mind works.

As your information, I swear I never plan on hurting others for my sake. I'm not that bad. Even if I hate those people who often hurt me, I will only have a thought if only they're vanished away from my life.As what my best friends used to tell me, I just took the bad path. This path will only hurt myself. Why? Because when someone whom you hurt them and they told this to their friend and then this is heard by someone who dislike you, the number of people who dislike you will increase as they told a bad thing about you, which they never even know about the truth. This is why I feel so complicated to run a life like my life. Everything I do is only a mistake, especially for them.

Well, now I've been trying to change my attitude. I've been practising to control my emotion and been trying to smile to everyone anywhere and anytime. Also I've been trying to be grateful for every second of my life, and it's working. I hope I'll be stronger to face my life with the troubles that I made it by my own mistakes.I know I'm not strong, and I'm not as strong as what you've seen on me. Because you only see what I choose to show you. I'm just an ordinary girl, and since I'm a girl, I'm very sensitive. I have a very fragile heart, which is very easy to tear it apart. You may be never have seen me cry, because I won't let you see me cry. I hate to show my tears because it will only make me looks so weak. You just don't know the time I'm crying. I often crying when there's nobody around, and before I sleep in the silent night.

From now on, I'll always try and do my best. I don't wanna hurt anyone. But if you hurt me so damn much and treat me like I'm a freak monster, I may be patient, but I don't know will I be patient anymore. hehe

I'm a human too, remember? Everybody has a limit in patience. Never let someone's patience over the limit :D